KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR
MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR
ILMU BUDAYA DASAR
Upacara Minum Teh ( Chanoyu )
Dosen : Auliya R
Dosen : Auliya R
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
Nama : Khairunnisa F.A
Kelas : 1 KA 01
NPM : 15114846
Jurusan : Sistem Informasi
Fakultas : Ilmu Komputer
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Fakultas : Ilmu Komputer
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ Upacara Minum Teh ( Chanoyu ) ”
Makalah ini berisikan tentang apa pengaruh dari bangsa timur terhadap bangsa Indonesia. Dan juga permasalahan yang di dapat dari adanya pengaruh budaya dari bangsa timur.Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kia untuk mengerti kepribadian bangsa timur terhadap bangsa Indonesia.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Depok, 4 April 2015
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Jepang
merupakan salah satu negara yang mempunyai bermacam-macam
kebudayaan.
Meskipun peradaban Jepang kuno sebagian dibangun diatas budaya-budaya yang
diperkenalkan dari daratan Asia, selama 1000 tahun terakhir bangsa Jepang telah
menyerap unsur-unsur budaya ini dan menciptakannya kembali menjadi budaya
Jepang sendiri. Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari
negara-negara lain, diantaranya adalah teknologi, adat-istiadat, dan
bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan lainnya. Jepang telah mengembangkan
kebudayannya yang unik sambil mengintegrasikan masukan-masukan dari luar itu.
Kita dapat melihat bahwa gaya hidup orang Jepang dewasa ini merupakan perpaduan
budaya tradisional dibawah pengaruh Asia dan budaya modern barat.
Dengan
melihat fakta di atas, maka tidak heran kalau bangsa Jepang terkenal sebagai
bangsa ” peniru ”. Namun demikian, sebagian besar dari hasil ”tiruan ” mereka
jauh lebih bagus dan berkualitas, sehingga menjadi bagian dari mereka. Bangsa
Jepang juga sangat bangga akan hasil karya mereka. Mereka bangga menggunakan
karya cipta dan keanekaragaman kebudayaan mereka. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya kebudayaan dari Jepang yang telah mendunia.
Keanekaragaman
kebudayaan pada bangsa Jepang, dapat kita lihat dari kegiatan-kegiatan religi
dan cara hidup masyarakatnya. Banyak hal yang
mempengaruhi
keanekaragaman kebudayaan bangsa Jepang. Di antaranya iklim dan bentang alam
yang indah. Kedua hal tersebut memainkan peran besar dalam pembentukan
kebudayaan Jepang yang unik. Pegunungannya yang tertutup dengan pohon-pohon
yang hijau, dataran rendahnya yang semerbak oleh kebun-kebun bunga, kesemuanya
ini telah mempengaruhi seni dan segala aspek kehidupan. Seni merangkai bunga, upacara
minum teh, persajakan, kimono, dan sebagainya, dikembangkan selaras dengan
perubahan musim. Dari sekian banyak kebudayaan tersebut, upacara minum teh atau
yang sekarang kita kenal dengan sebutan Chanoyu, terus berkembang sebagai
bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Upacara minum teh bukan
sekedar kegiatan yang dilangsungkan dengan tuan rumah sebagai penjamu, dan tamu
sebagai orang yang dijamu. Tetapi lebih ke tata cara yang diatur sedemikian
halus dan teliti untuk menghidangkan dan meminum teh. Teh yang digunakan pun, bukan
teh yang biasa. Upacara minum teh di Jepang menggunakan teh hijau yang telah
digiling halus disebut dengan matcha.
Kebiasaan
minum teh telah menjadi semacam “ritus” dikalangan masyarakat Jepang dan China.
Bahkan hingga kini upacara minum teh di tengah
masyarakat
Jepang merupakan suatu hal yang sakral. Di China, budaya minum teh sudah
dikenal sejak 3000 tahun sebelum Masehi, pada zaman Kaisar Shen Nung berkuasa. Upacara
minum teh memiliki sejarah dan tradisi yang panjang di Jepang. Seringkali
sejarah upacara ini dikaitkan dengan orang-orang yang dianggap berpengaruh
seperti para rohaniwan. Dengan adanya keterkaitan antara upacara minum teh
dengan orang-orang ini kemudian membuat upacara minum teh dianggap sebagai
sebuah kebudayaan tinggi masyarakat Jepang.
Upacara
minum teh merupakan upacara tradisi
budaya turun temurun yang silakukan Jepang sejak sebelum zaman edo. Upacara
minum teh ini hingga sekarang masih tetap dilestarikan. Upaacara minum teh di
Jepang memiliki makna kehidupan yang sangat dalam dan sebuah ajaran tata karma
yang baik disamping banyaknya manfaat upacara ini dalam bidang kesehatan.
Upacara
minum teh di Jepang dikenal begitu rumit, begitu khas, dan penuh makna. Namun
bukan berarti hanya orang Jepang saja yang dapat mengikuti ritual ini. Terbukti
dari banyaknya negara yang telah “ disinggahi “ oleh kebudayaan milik bangsa
Jepang ini, termasuk di dalamnya Indonesia.
1.2
Tujuan
Tujuan
disusunnya makalah “Upacara Minum Teh di Jepang” ini adalah tugas ilmu budaya
dasar yang menganalisi tentang kepribadian budaya timur. Dan mengapa saya
memilih topic ini? Karena menurut saya ini merupakan gtopik yang unik untuk
dibahas supaya pembaca mampu mengerti akan makna dari pacara minum teh di
Jepang sebagai pembelajaran hidup dan atauran tata karma yang baik.
1.3
Rumusan
Masalah
o Sejarah lahirnya budaya minum teh di
Jepang
o Sekilas tentang budaya minum teh di
Jepang
o Manfaat dan tujuan upacara minum teh
di Jepang
o Prosesi upacara minum teh di Jepang
o Makna upacara minum teh di Jepang
o Jenis jenis teh yang disajikan dalam
upacara minum teh di Jepang
o Perbedaan teh Jepang dan teh China
o Jenis Jenis upacara minum teh di
Jepang
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1
Sejarah lahirrnya budaya minum teh di Jepang
Menurut sejarahnya, teh bukanlah budaya asli
bangsa Jepang. Artinya the tidak berkembang di Jepang, bahkan benih-benih
pertama dibawa dari China
selama masa dinasti Tang ( 618-907 ), ketika
pertukaran budaya antara kedua negara mencapai puncaknya. Sebutan pertama untuk
acara formal yang meliputi minum teh ini ditemukan pada abad ke-8, ketika
Kaisar Shomu (724- 49 ) dikabarkan telah mengundang biarawan-biarawan yang
telah berpartisipasi dalam salah satu pelayanan agamanya untuk minum teh di
istananya.
Produksi teh dan tradisi minum teh dimulai
sejak zaman Heian setelah teh dibawa masuk ke Jepang oleh duta kaisar yang
dikirim ke dinasti Tang. Literatur klasik Nihon Kōki
menulis tentang Kaisar Saga
yang sangat terkesan dengan teh yang disuguhkan pendeta bernama Eichu sewaktu
mengunjungi Provinsi Ōmi di tahun 815.
Catatan dalam Nihon Kōki merupakan sejarah tertulis pertama tentang tradisi
minum teh di Jepang.
Teh dibuat dengan cara merebus teh di dalam
air panas dan hanya dinikmati di beberapa kuil agama Buddha. Penanaman teh lalu
mulai dilakukan di mana-mana sejalan dengan makin meluasnya kebiasaan minum
teh.
Acara minum teh menjadi populer di kalangan daimyo
yang mengadakan upacara minum teh secara mewah menggunakan perangkat minum teh
dari Tiongkok. Acara minum teh seperti ini dikenal sebagai Karamono suki dan
ditentang oleh nenek moyang ahli minum teh Jepang yang bernama Murata Jukō. Menurut
Jukō, minuman keras dan perjudian harus dilarang dari acara minum teh. Acara
minum teh juga harus merupakan sarana pertukaran pengalaman spiritual antara
pihak tuan rumah dan pihak yang dijamu. Acara minum teh yang diperkenalkan Jukō
merupakan asal-usul upacara minum teh aliran Wabicha.
Sampai di awal zaman Edo, ahli upacara minum teh sebagian besar terdiri dari
kalangan terbatas seperti daimyo dan pedagang yang sangat kaya. Memasuki
pertengahan zaman Edo, penduduk kota yang sudah sukses secara ekonomi dan
membentuk kalangan menengah atas secara beramai-ramai menjadi peminat upacara
minum teh.
Kalangan penduduk kota yang berminat
mempelajari upacara minum teh disambut dengan tangan terbuka oleh aliran Sansenke (tiga
aliran Senke: Omotesenke,
Urasenke dan Mushanokōjisenke)
dan pecahan aliran Senke.
Kepopuleran upacara minum teh menyebabkan
jumlah murid menjadi semakin banyak sehingga perlu diatur dengan suatu sistem. Iemoto seido
adalah peraturan yang lahir dari kebutuhan mengatur hirarki antara guru dan
murid dalam seni tradisional Jepang.
Berbagai aliran upacara minum teh berusaha
menarik minat semua orang untuk belajar upacara minum teh, sehingga upacara
minum teh makin populer di seluruh Jepang. Upacara minum teh yang semakin
populer di kalangan rakyat juga berdampak buruk terhadap upacara minum teh yang
mulai dilakukan tidak secara serius seperti sedang bermain-main. Sebagian guru
upacara minum teh berusaha mencegah kemunduran dalam upacara minum teh dengan
menekankan pentingnya nilai spiritual dalam upacara minum teh.
Memasuki akhir zaman Edo, upacara minum teh yang menggunakan matcha
yang disempurnakan kalangan samurai menjadi tidak populer di kalangan
masyarakat karena tata krama yang kaku. Masyarakat umumnya menginginkan upacara
minum teh yang bisa dinikmati dengan lebih santai. Pada waktu itu, orang mulai
menaruh perhatian pada teh sencha yang biasa dinikmati sehari-hari.
Upacara minum teh yang menggunakan sencha juga mulai diinginkan orang banyak.
Berdasarkan permintaan orang banyak, pendeta Baisaō yang dikenal juga sebagai Kō Yūgai menciptakan
aliran upacara minum teh dengan sencha (Senchadō) yang
menjadi mapan dan populer di kalangan sastrawan.
2.2
Sekilas tentang budaya upacara minum teh di Jepang
Budaya minum teh merupakan sebuah tradisi
yang sudah dilakukan oleh masyarakat Jepang dari dulu yang hingga kini tetao di
lestarikan. Upacara minum teh merupakan upacara penyambutan tuan rumah kepada
tamu dengan cara menyajikan teh. Upacara minum teh yang diadakan di luar
ruangan disebut nodate. Jika di dalam ruangan disebut chato. Biasanya para tuan
rumah menyediakan bunga, lukisan, dan keramik yang indah untuk menyambut para
tamu dalam upacara minum teh ini. “Upacara ini mencerminkan kepribadian dan
pengetahuan tuan rumah yang mencakup tujuan hidup, cara berpikir, agama,
apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni dalam
ruangan upacara minum teh.
Lukisan dinding yang biasanya dipasang pada
ruangan tempat upacara minum teh disebut kakejiku. Bunga yang biasanya
dipasang pada ruangan tempat upacara minum teh disebut chabana. Biasanya dalam
upacara minum teh menggunakan teh matcha yakni teh yang digiling halus. Upacara
minum teh menggunakan matcha disebut matchado. Namun kadang kala juga bias
menggunakan teh hijau jenis sencha. Upacara minum teh dengan teh ini
disebut senchado. Dalam upacara ini juga disajikan kue manis yakni Okashi.
2.3
Manfaat upacara minum teh di Jepang
Upacara minum teh di Jepang yang sudah
menjadi tradisi budaya Jepang turun menurun memiliki banyak manfaat antara lain,
teh yang disajikan baik untuk kesehatan.
Teh yang disajikan dalam upacara minum teh
memiliki banyak manfaat antara lain :
- Memperkuat gigi
- Memperkuat daya tahan tubuh
- Mencegah hipertensi
- Menyegarkan tubuh
- Sebagai penetralisir
- Menangkal kolestrol
- Mencegah kanker
- Mengoptimalkan metabolisme gula
- Prosesi upacara minum teh merupakan sebuah pembelajaran tata karma
Dalam prosesi upacara minum teh banyak makna
makna kehidupan yang terkandung di dalamnya seperti prosesi saling memberi
hormat antara tamu dan penerima tamu yang bermakna saling menghormati dan
setiap orang harus menghormati tamu. Prosesi pemberian kue manis atau okashi
yang mana harus dihabiskan oleh tamu merupakan bentuk penghargaan dari tuan
rumah untuk menyambut tamu dan tamu yang mendapat kue okashi harus
menghabiskannya sebagai rasa syukur akan pemberian tamu juga sebagai bentuk
penghormatan. Pada saat Tea Master membuat teh, setiap gerakan yang dilakukan
sangat hati hati dan penuh kesabaran dan tidak boleh tergesa gesa hal ini
bermakna seseorang harus melakukan sesuatu secara hati hati dan sabar. Untuk
membuat teh dibutuhkan perlengkapan 1 tungku hitam besar, 1 mangkuk disebut Chawan
dan 1 wadah berisi bubuk matcha (salah satu jenis teh) yang disebut Natsume,
juga ada beberapa peralatan yang sederhana lainnya, salah satunya adalah
“kocokan” teh yang terbuat dari bambu yang mekar disebut Chasen, lalu
sendok kayu yang panjang pipih untuk mengambil bubuk teh disebut Chasaku
dan sendok air yang juga terbuat dari bambu. Meminum teh pun tidak bisa
sembarangan. Mangkuk teh yang disajikan diletakkan dengan sangat hati-hati
karena yang menyajikan harus memastikan bahwa motif terbaik dari mangkuk teh
tersebut harus menghadap ke arah tamu. Karena itu adalah sisi yang paling baik,
maka tidak sopan pula bagi tamu untuk meminum langsung dari sisi tersebut. Jadi
peminum teh juga harus memutar mangkuk teh agar posisi motif menghadap tuan
rumah sebagai tanda terima kasih dan menghormati.
- Pertukaran pengalaman spiritual antara pihak tuan rumah dan pihak yang dijamu.
- Adanya budidaya teh menambah lapangan usaha masyarakat Jepang
Upacara minum teh di Jepang terkenal dengan
teknik dan tata caranya yang rumit. Perlu waktu yang cukup lama untuk
mempelajarinya. Rangkaian upacara ini diawali dengan pembersihan teko
penyajian, memasak air, memasukkan teh ke dalam teko tadi, menuang air panas ke
dalamnya, mengaduknya sampai rata dan berbuih, serta kemudian menyajikannya
pada tamu dengan tata cara khas Jepang. Meski upacara ini kelihatannya
sederhana, tapi ada suatu proses ritual yang dilibatkan, yang membuat upacara
minum teh ini sebagai suatu seni yang bertahan berabad-abad hingga sekarang.
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa
upacara minum teh bukanlah
suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Dalam
pelaksanaannya, orang memerlukan waktu yang lama dengan penyempurnaan yang
berlangsung seumur hidup. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan
tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup,cara berpikir, agama,
apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam
ruangan upacara minum teh ( chashitsu) dan berbagai pengetahuan seni. Upacara
minum teh juga menjajaki tujuan hidup dan mendorong timbulnya apresiasi
terhadap alam. Karena upacara ini merupakan rangkaian yang mendalam yang membutuhkan
pengetahuan yang luas dan kepekaan yang sangat halus.
Tujuan adanya upacara minum teh di Jepang:
Upacara minum teh merupakan salah satu cara
untuk berkomunikasi dengan manusia dan alam sekitar. Upacara minum teh
bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang rileks (santai) antara tuan rumah
dan tamu.
2.4
Prosesi upacara minum teh di Jepang
Upacara minum teh di Jepang terdiri atas
beebrapa prosesi. Berikut prosesi upacara minum teh aliran urasenka :
- Tamu masuk dan tuan rumah mempersilakan tamu
- Tamu dan penerima tamu saling mengucap salam
- Pemberian kue manis bernama Okashi
4.
Saling member salam sesaat setelah pemberian
koe Okashi sebagai bentuk rasa hormat
- Kue Okashi dimakan menggunakan tusukan bamboo harus dihabiskan untuk menghormati tuan rumah (maka dari itu kue ini biasanya sedikit dan kecil)
- Pembuatan teh oleh Tea Master
- Setelah teh dibuat lalu disuguhkan kepada tamu dengan mangkuk teh dimana motif mangkuk menghadap tamu sebagai tanda penghormatan
- Tamu mengambil mangkuk teh dan juga memutar mangkuk agar motif mangkuk teh menghadap tuan rumah sebanyak 3 kali sebagai tanda terima kasih dan rasa hormat.
- Kemudian tamu mulai meminum the
2.5
Makna upacara minum teh di Jepang
Upacara minum teh di Jepang banyak mengandung
makna kehidupan. Setiap prosesi yang ada dalam upacara minum teh di Jepang
mengandung setiap makna. Prosesi saling memberi hormat antara tamu dan penerima
tamu yang bermakna saling menghormati dan setiap orang harus menghormati tamu.
Prosesi pemberian kue manis atau okashi yang mana harus dihabiskan oleh tamu
merupakan bentuk penghargaan dari tuan rumah untuk menyambut tamu dan tamu yang
mendapat kue okashi harus menghabiskannya sebagai rasa syukur akan pemberian
tamu juga sebagai bentuk penghormatan. Pada saat Tea Master membuat teh, setiap
gerakan yang dilakukan sangat hati hati dan penuh kesabaran dan tidak boleh
tergesa gesa hal ini bermakna seseorang harus melakukan sesuatu secara hati
hati dan sabar. Meminum teh pun tidak bisa sembarangan. Mangkuk teh yang
disajikan diletakkan dengan sangat hati-hati karena yang menyajikan harus
memastikan bahwa motif terbaik dari mangkuk teh tersebut harus menghadap ke
arah tamu. Karena itu adalah sisi yang paling baik, maka tidak sopan pula bagi
tamu untuk meminum langsung dari sisi tersebut. Jadi peminum teh juga harus
memutar mangkuk teh agar posisi motif menghadap tuan rumah sebagai tanda terima
kasih dan menghormati.
Dalam proses pembuatan teh lalu
menghidangkannya dengan aturan yang gemulai alami membuat kita teringat “diri”,
teringat alam, teringat perjalanan hidup, teringat darimana kita datang da ke
arah mana kita pergi. Harmoni, keseimbangan adalah “jalan hidup” yang setiap
kali harus di rawat, ditata, dilatih dalam proses gemulai. Halus. Tak terburu
buru”.
2.6
Jenis jenis teh yang disajikan dalam upacara minum teh di Jepang
Adapun
jenis-jenis teh yang ada di Jepang dan biasanya digunakan untuk upacara minum the,
yaitu sebagai berikut :
- Green Tea, atau sering disebut dengan teh hijau. Teh hijau memiliki banyak manfaat oleh sebab itu teh hijau sering digunakan dalam upacara minum teh.
- Gyokuro, teh ini tumbuh dengan tidak menerima sinar matahari secara langsung hal ini menjadikan aroma dari teh ini sangat harum.
- Matcha, merupakan teh hijau bubuk yang sangat tinggi kualitasnya. Hla ini menjadikan teh ini sering digunakan dalam upacara minum teh di Jepang.
- Sencha, teh ini sangat sering ditemui. Dalam upacara minum teh di Jepang sering menggunakan teh ini bias jadi karena mudahnya bahan baku. Teh ini ditanam dengan mendapatkan sinar matahari secara langsung.
- Genmaicha, campuran teh maicha dan beras merah yang telah dipanggang.
- Kabusecha, merupakan teh yang dilindungi dari sinar matahari daunnya sebelum di panen.
- Bancha, merupakan sencha yang dipanen pada musim kedua.
- Houjicha, merupakan teh hijau yang dipanggang.
- Kukicha, berasal dari tiap pucuk tanaman teh, dengan memetik bagian bunga dan tiga helai daunnya.
- Tamaryokucha, merupakan teh yang memiliki aroma yang sangat tajam
2.7 Perbedaan
teh Jepang dan teh China
Di aras telah disinggung tentang macam macam
teh Jepang yang biasa dipakai untuk upacara minum teh di Jepang atau Ocha. Di
Cina juga terdapat upacara minum teh. Berikut sekilas tentang teh Cina :
“Negeri Cina
menjadi tempat lahirnya teh, disanalah pohon teh Cina (Camellia sinensis)
ditemukan dan berasal. Tepatnya di provisnsi Yunnan, bagian barat daya Cina.
Iklim wilayah itu tropis dan sub-tropis, dimana daerah tersebut memang secara
keseluruhan adalah hutan jaman purba. Daerah demikian, yang hangat dan lembab
menjadi tempat yang sangat cocok bagi tanaman teh, bahkan ada teh liar yang
berumur 2,700 tahun dan selebihnya tanaman teh yang ditanam yang mencapai usia
800 tahun ditemukan ditempat ini”
Tanaman Teh Cina (kadang-kadang disebut Camellia
sinensis var. sinensis) adalah semak berdaun kecil dengan banyak
cabang yang mencapai tinggi sekitar 3 meter dan berasal dari Cina tenggara.
tanaman teh pertama yang ditemukan, tercatat dan dipakai untuk menghasilkan teh
tiga ribu tahun yang lalu, ia menghasilkan beberapa teh yang terpopuler.
2.8
Jenis jenis upacara minum teh
Adapun jenis jenis upacara minum teh di
Jepang antara lain :
1.
Chabako Demae, upacara minum teh ini menempatkan
peralatan minum the di sebuah kotak khusus.
2.
Ryu-Rei, teh yang disajikan dalam upacara ini
diletakkan dalam meja khusus. Pada awal dan akhir upacara akan dilakukan
penghormatan dengan membungkukkan badan. Biasanya tuan rumah memerlukan
asisten.
3.
Hakobi Demae, dilakukan dengan posisi seiza
dan peralatan teh dibawa keluar masuk ruangan upacara minum teh.
4.
Urasenka. Upacara jenis ini merupakan jenis
upacara yang sangat popular. Biasanya tamu duduk bersimpuh di atas tatami
kemudian diberikannya kue oleh tuan rumah untuk dimakan oleh tamu. Upacara
minum teh tidak akan dimulai sebelum tamu menghabiskan kue yang dihidangkan
tersebut.
5.
Obon Temae. Dalam upacara jenis ini tuan
rumah akan membawa peralatan untuk menyajikan teh. Kemudian seluruh peralatan
ditutup dengan fukusa. Teh encer akan dihidangkan dengan posisi seiza.
2.9
Tinjauan
Pustaka
Dewasa ini minuman yang paling populer
di tengah-tengah masyarakat adalah kopi, minuman ringan dalam kemasan kaleng,
dan minuman fermentasi lainnya. Namun bagi sebagian orang, khususnya orang Jepang,
sejauh ini minuman non alkohol yang paling dicintai adalah teh hijau. Saat ini
teh hijau merupakan kebutuhan yang sangat esensial dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Jepang. Menurut pendapat beberapa orang, secangkir teh hijau panas dapat memberikan
kesegaran kepada jiwa, misalnya membuat lebih kuat dari biasanya. Teh juga
dapat membantu orang yang dalam keadaan mabuk mendapatkan kembali kesadarannya.
Contoh lain adalah ketika seseorang
dalam keadaan stres atau tertekan, maka biasanya akan ditawarkan secangkir teh
hangat yang dipercaya dapat meringankan bebanpikiran. Orang Jepang sepertinya
memiliki kepercayaan yang tidak diragukan lagi bahwa kekuatan teh dapat
dijadikan obat ampuh. Sama halnya dengan bangsa Yahudi yang beranggapan bahwa
pemulihan tubuh dapat dilakukan dengan meminum semangkuk sup hangat. Upacara
minum teh diketahui dengan pasti berasal dari China. Daun teh dibawa oleh
pendeta Budhis ke Jepang di zaman Tang, sekitar 1400 tahun yang lalu. Teh juga
menjadi budaya orang Korea. Namun seperti budaya minum teh di China, yaitu
tidak terlalu terikat dengan nilai-nilai tata krama. Sedangkan orang Jepang
menganggap upacara minum teh sebagai suatu hal yang sangat serius.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Jepang
memiliki banyak kebudayaan, seperti upacara-upacara keagamaan
maupun
upacara-upacara tradisional. Upacara minum teh adalah salah satunya, yang
merupakan kebudayaan yang berasal dari China. Upacara minum teh adalah ritual
tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu yang dilakukan secara khusus.
Teh tidak hanya sekedar dituang dengan air panas dan kemudian diminum, tetapi
memiliki nilai seni dalam arti luas
Budaya minum teh merupakan sebuah tradisi yang sudah
dilakukan oleh masyarakat Jepang dari dulu yang hingga kini tetao di
lestarikan. Upacara minum teh merupakan upacara penyambutan tuan rumah kepada
tamu dengan cara menyajikan teh. Upacara minum teh yang diadakan di luar
ruangan disebut nodate. Jika di dalam ruangan disebut chato. Biasanya para tuan
rumah menyediakan bunga, lukisan, dan keramik yang indah untuk menyambut para
tamu dalam upacara minum teh ini.
Lukisan dinding yang biasanya dipasang pada ruangan tempat
upacara minum teh disebut kakejiku. Bunga yang biasanya dipasang pada
ruangan tempat upacara minum teh disebut chabana. Biasanya dalam upacara minum
teh menggunakan teh matcha yakni teh yang digiling halus. Upacara minum teh
menggunakan matcha disebut matchado. Namun kadang kala juga bias menggunakan
teh hijau jenis sencha. Upacara minum teh dengan teh ini disebut
senchado. Dalam upacara ini juga disajikan kue manis yakni Okashi.
3.2
Saran
Pembaca diharapkan mampu untuk melestarikan kebudayaan dari
negeri mereka dengan berkaca pada Jepang yang mampu melestarikan budaya mereka.
Masyarakat Indonesia seharusnya juga bersemangat dalam melestarikan budaya
Indonesia hingga terjaga lestari dan tidak diperebutkan oleh bangsa lain.
DAFTAR
PUSTAKA
ありがとうございます。sangat membantu
ReplyDelete